Aqidah Imam Asy-Syafi’i
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Keempat [2/3]
PRINSIP KEEMPAT
Mengagungkan Sunnah dan Memerangi Bid’ah
-
Imam Syafi’i Pembaharu Agama
Nabi telah menginformasikan bahwa akan senantiasa ada sebagian kelompok kaum muslimin yang memperbaharui agama, beliau juga bersabda:
إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ إِلَى هَذِهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
“Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini pada setiap seratus tahun orang yang memperbaharui agamaNya”.[1]
Al-Munawi berkata: “Makna “memperbaharui agama” yaitu menjelaskan dan membedakan antara perkara sunnah dan bid’ah, menyebarkan ilmu agama, membela ahli ilmu dan membantah ahli bid’ah, hal itu tidak bisa terwujudkan kecuali bagi seorang yang alim tentang agama. Ibnu Katsir mengatakan: “Setiap kaum mengaku bahwa imam mereka adalah yang dimaksud oleh hadits ini, tetapi nampaknya hadits ini mencakup seluruh ulama pada setiap bidang, baik tafsir, hadits, fiqih, nahwu, bahasa dan sebagainya”.[2]
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Keempat [1/3]
PRINSIP KEEMPAT
Mengagungkan Sunnah dan Memerangi Bid’ah
- Imam Syafi’i Sangat Mengagungkan Sunnah
Dan Imam Syafi’i termasuk ulama yang dikenal sangat semangat dalam mengagungkan Sunnah Nabi sebagaimana pujian para ulama kepada beliau.
Imam Ahmad berkata: “Saya tidak melihat seorangpun yang lebih semangat dalam mengikuti sunnah daripada Imam Syafi’i”.[1]
Imam Al-Baihaqi membuat satu bab pembahasan dengan judul “Keterangan yang membuktikan baiknya madzhab Syafi’i dalam mengikuti Sunnah dan menjauhi bid’ah”.[2]
Imam adz-Dzahabi berkata memuji beliau: “Imam Syafi’i adalah seorang ulama yang sangat kuat dalam berpegang teguh terhadap Sunnah Rasulullah, baik dalam masalah aqidah maupun cabang agama”.[3]
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Ketiga [3/3]
PRINSIP KETIGA
Mengagungkan Tauhid Dan Memberantas Syirik
- Tauhid Asma’ wa Shifat
Tauhid asma wa shifat adalah mengimani nama dan sifat Allah yang telah disebutkan Al-Qur’an dan hadits yang shohih tanpa tahrif (pengubahan), ta’thil (pengingkaran), takyif (membagaimanakan), maupun tamtsil (penyerupaan).
Imam Syafi’i berkata:
نُثْبِتُ هَذِهِ الصِّفَاتِ الَّتِي جَاءَ بِهَا الْقُرْآنُ, وَوَرَدَتْ بِهَا السُّنَّةُ، وَنَنْفِي التَّشْبِيْهَ عَنْهُ كَمَا نَفَى عَنْ نَفْسِهِ، فَقَالَ: (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْئٌ) [ الشورى: 11.]
“Kita menetapkan sifat-sifat ini yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dan kita juga meniadakan penyerupaan sebagaimana Alloh meniadakan penyerupaan tersebut dari diri-Nya dalam firmanNya (yang artinya) : Tidak ada sesuatupun yang serupa dengannya”.(QS.Asy-Syuro: 11).[1]
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Ketiga [2/3]
PRINSIP KETIGA
Mengagungkan Tauhid Dan Memberantas Syirik
- Tauhid Uluhiyyah
Tauhid Uluhiyyah adalah memurnikan seluruh macam ibadah hanya untuk Allah semata, baik ibadah lisan, hati, dan anggota badan. Tauhid inilah yang berisi kandungan Laa Ilaha Illa Allah yang berarti tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah saja.
Tauhid jenis inilah pembeda antara muslim dan kafir dan inilah hakekat tauhid yang sesungguhnya. Imam Syafi’i berkata:
سُئِلَ مَالِكٌ عَنِ الْكَلاَمِ وَالتَّوْحِيْدِ، فَقَالَ: مُحَالٌ أَنْ نَظُنَّ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ عَلَّمَ أُمَّتَهُ الاسْتِنْجَاءَ، وَلَمْ يُعَلِّمْهُمْ التَّوْحِيْدَ، وَالتَّوْحِيْدُ مَا قَالَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: ” أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُوْلُوْا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ “، فَمَا عَصَمَ بِهِ الدَّمَ وَالْمَالَ حَقِيْقَةُ التَّوْحِيْدِ.
“Imam Malik pernah ditanya tentang kalam masalah kalam dan tauhid, maka beliau menjawab: Mustahil kalau Nabi mengajarkan kepada umatnya tentang tata cara istinja’ (buang kotoran) tetapi tidak mengajarkan mereka tentang tauhid. Tauhid adalah apa yang dikatakan oleh Nabi: “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengatakan Laa Ilaha Illa Allah, apa yang dapat menjaga darah dan harta maka itulah hakekat tauhid”.[1] Baca entri selengkapnya »
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Ketiga [1/3]
PRINSIP KETIGA
Mengagungkan Tauhid Dan Memberantas Syirik
Tauhid merupakan perkara yang sangat penting sekali. Karenanya, Allah menciptakan manusia dan Jin, karenanya Allah mengutus para utusan dan menurunkan kitab-kitab, karenanya Allah menciptakan surga dan neraka, karenanya Allah menganjurkan jihad.
Maka hendaknya seorang muslim untuk memprioritaskan dan mencurahkan tenaganya pertama kali untuk mempelajari tauhid. Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ
Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) yang berhak diibadati selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (QS. Muhammad:19) Baca entri selengkapnya »
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Kedua [2/2]
PRINSIP KEDUA
Membela Hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم
- Hadits Ahad Hujjah Menurut Imam Syafi’i
Masalah ini telah dibahas tuntas dan panjang lebar oleh Imam Syafi’i dalam banyak kesempatan. Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Kelompok ketiga mengatakan: “Kami menerima hadits-hadits Nabi r yang mutawatir dan kami menolak hadits-hadits ahad[1] baik berupa ilmu maupun amal. Syafi’i telah berdialog dengan sebagian manusia pada zamannya tentang masalah ini, kemudian Syafi’i mematahkan syubhat (kerancuan) lawannya dan menegakkan hujjah-hujjah kepadanya. Syafi’i membuat satu bab yang panjang tentang wajibnya menerima hadits ahad. Tidaklah beliau dan seorangpun dari ahli hadits membedakan antara hadits masalah ahkam (hukum) dan sifat (aqidah). Paham pembedaan seperti tidaklah dikenal dari seorangpun dari sahabat dan satupun dari tabi’in dan tabi’ut tabi’in maupun seorangpun dari kalangan imam Islam. Paham ini hanyalah dikenal dari para gembong Ahli bid’ah beserta cucu-cucunya”.[2]
Prinsip-Prinsip Imam Asy-Syafi’i Dalam Beragama : Prinsip Kedua [1/2]
PRINSIP KEDUA
Membela Hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم
Adapun bagaimana peran Imam Syafi’i dalam hadits?! Sebenarnya ini adalah masalah yang cukup populer dari Imam yang mendapat gelar “Pembela hadits” ini, namun tidak mengapa jika kita tampilkan di sini beberapa sisi dan bukti pembelaan dan pengagungan beliau terhadap hadits Nabi صلى الله عليه وسلم. Dan kami tekankan di sini beberapa masalah yang merupakan kaidah dan prinsip dasar dalam memahami dan membela hadits Nabi.
- Imam Syafi’i Pembela Hadits Nabi
Sesungguhnya membela hadits Nabi صلى الله عليه وسلم merupakan suatu amalan yang amat mulia dan utama. Oleh karenanya, tidak heran bila para ulama menilainya sebagai Jihad fi Sabilillah. Imam Yahya bin Yahya pernah mengatakan:
الذَّبُّ عَنِ السُّنَّةِ أَفْضَلُ مِنَ الْجِهَادِ
Membela sunnah lebih utama daripada jihad[1]. Baca entri selengkapnya »